Kamis, 24 April 2008

EXPERIENCE WITH THE BRAND FASHION

Tidak ada yang meragukan kalau Mercedes-Benz adalah perusahaan otomotif dengan brand sangat kuat di Indonesia, bahkan di dunia. Perusahaan dengan lambang kendaraan bintang tiga ini telah terkenal sebagai kendaraan berkualitas tinggi. Selain itu, di benak konsumen, Mercedes-Benz juga telah dikenal sebagai kendaraan yang sangat mementingkan keselamatan.


Reputasi seperti ini tidak begitu saja berhasil diciptakan di benak konsumen. Tetapi merupakan hasil dari pengalaman lebih dari 110 tahun dalam pembuatan mobil yang dimulai oleh sang pionir Gottlieb Daimler dan Karl Benz. Bahkan, Mercedes-Benz telah tumbuh menjadi salah satu perusahaan raksasa dengan brand terkuat di dunia.

Namun, menjual produk bermerek kuat dengan harga supermahal tidaklah sederhana. Tidak hanya kondisi psikografis dan kelas sosial, tetapi gaya hidup konsumen juga memegang peranan penting untuk bisa di pahami oleh perusahaan. Gaya hidup adalah cerminan keadaan sosial-ekonomi dan suasana jaman. Siapapun yang mampu merangkulnya dengan kecerdasaan dan kreativitas, akan bertahan dan semakin berkembang. Kesadaran bahwa customer sekarang menjadi lebih smart dan memiliki lifestyle yang tinggi menjadi lebih penting.

Untuk itu, sangat tepat bila Mercedes-Benz melakukan rebranding dengan masuk ke dunia gaya hidup. Mercedes-Benz melakukan transformasi bisnis dalam bentuk experience yang mengusung lifestyle. Sehingga, experience tersebut bisa langsung dirasakan oleh para customer-nya.

Masuk ke dunia lifestyle, dilakukan Mercedes-Benz dengan mengadakan Mercedes-Benz Fashion Week di berbagai belahan dunia. Nah, langkah yang dilakukan Mercedes-Benz ini biasa disebut sebagai strategi experience the brand. Dan memang sengaja ditujukan kepada customer yang telah menjadikan lifestyle sebagai bagian dari kehidupannya.

Bagi Mercedes-Benz, strategi rebranding seperti ini dilatarbelakangi oleh kesamaan visi dalam memandang sebuah mode. Kesamaan visi tersebut terbentuk dalam pengembangan desain yang kreatif dan inovatif untuk setiap produknya. Mengingat Mercedes-Benz adalah bagian dari jagat fashion seperti halnya busana atau aksesoris.

Sebenarnya, Mercedes-Benz Fasion Week ini telah berlangsung cukup lama. Dan yang paling terkenal adalah Mercedes-Benz Asia Fashion Award (MBAFA). MBAFA ini merupakan kompetisi regional bagi perancang muda dari negara-negara Asia seperti Indonesia, Korea, Malaysia, Singapura, Taiwan, dan Thailand.

Kompetisi fashion bagi perancang-perancang muda bukanlah tanpa alasan. Mercedes-Benz jelas ingin menunjukan bukan hanya kemampuannya memperoduksi kendaraan yang secara teknis brilian dan elegan, tetapi juga kendaraan yang berjiwa muda dan dinamis.

Selain itu, kita juga bisa melihat bahwa customer membeli Mercedes-Benz bukan karena sebatas membutuhkan alat transportasi. Namun customer juga akan mendapatkan gaya hidup yang kuat. Inilah yang sebenarnya ingin dicapai Mercedes-Benz melalui MBAFA.

Disini sangat terlihat strategi rebranding with fashion yang dilakukan Mercedes-Benz. Yaitu, mode sebagai sebuah cara dalam menginformasikan citra produk dan visi dari perusahaan untuk meningkatkan nilai tambah dan daya jual.

Terlihat pula commitment dan konsistensi Mercedes-benz dalam menjalankan konsep experience the Brand. Sehingga value yang tercipta terhadap brand Merceds-Benz akan dapat tersimpan kuat di benak customer. Alhasil, Mercedes-Benz pun akan mampu mempertahankan pasar atau bahkan meraih pasar yang baru.

Rabu, 23 April 2008

Kiat Membangun Brand Yang Kuat ala Hermawan Kartajaya


Hermawan Kartajaya kembali membagi ide segar seputar dunia marketing. Inspirasi dari suhu marketing modern Philip Kotler itu dibagikan kepada peserta seminar MarkPlus di Surabaya, Senin (17/9) malam:

“Adakah perusahaan, yang ketika dia tutup dan produknya sudah tidak keluar, konsumen akan sedih?” pancing Hermawan Kartajaya memancing antusiasme peserta seminar.

Susah kan menyebutkan produk tersebut? Jika Anda menemukan jawaban atas pancingan Hermawan tadi, pastilah produk tersebut memiliki brand (merek) yang sangat kuat. Menciptakannya, tentu saja tidak cukup hanya dengan beriklan. Baik itu di media cetak (printing ad), iklan luar ruang (outdoor), maupun iklan-iklan model baru.

Hermawan yang juga founder dan President MarkPlus itu mengatakan untuk membangun brand yang kuat perusahaan tidak boleh hanya mengandalkan iklan. Perusahaan harus melakukan sesuatu yang mengena di benak konsumen, tidak sekadar menjual tetapi memiliki implikasi jangka panjang.

Menurut Asian Marketing Guru itu, perusahaan yang memiliki reputasi bagus tidak lagi memerlukan promosi, marketing, public relation, atau corporate social responsibility (CSR) karena hal itu telah terjadi dengan sendirinya.

“Cara baru membangun brand adalah dengan membentuk bisnis yang dicintai oleh karyawan perusahaan, masyarakat, dan investor,” ungkapnya.

Menurut Hermawan hal tersebut terkait reputasi. Bagi customer, reputasi yang baik akan menentukan keputusan membeli. Bagi karyawan perusahaan, nama baik akan memicu mereka untuk loyal dan berkomitmen. Reputasi juga bisa mengundang investor untuk menanamkan modalnya. Selain itu, nama baik juga akan menarik media untuk terus mengikuti perkembangan.

“Reputasi yang baik akan mendorong analis keuangan memberikan peringkat yang tinggi,” ujarnya.

Beberapa brand yang mampu meraih itu semua adalah The Body Shop dan produk Apple seperti IPod dan ITunes. The Body Shop, merek produk perawatan tubuh itu dikenal sebagai produk yang ramah lingkungan sehingga bisa mengambil simpati konsumen di seluruh dunia. Selain itu, Anita Roddick, pencipta merek tersebut, dikenal sebagai aktivis lingkungan hidup dan bisnisnya juga sangat concern terhadap perekonomian dunia ketiga.

Sedangkan produk-produk Apple dikenal memiliki reputasi tersendiri dibanding produk elektronik sejenis. Bahkan saat ini, perusahaan yang didirikan oleh Steve Jobs itu telah menjual jutaan keping produknya dan menciptakan konsumen yang loyal.

Dalam membangun brand yang kuat, kata Hermawan, harus dimulai dengan menyinergikan pikiran, hati, dan jiwa, yang lantas diimplikasikan kepada model bisnis dengan menciptakan misi, visi, dan nilai. Misinya, perusahaan bisa memberi manfaat kepada manusia dan lingkungan. Visinya, perusahaan bisa menjadi yang terdepan dalam menciptakan inovasi untuk memenuhi kebutuhan manusia. Dan nilainya adalah menciptakan nilai keekonomian, lingkungan yang sehat, dan mendukung perkembangan sosial.

Menurutnya, perusahaan perlu melakukan usaha-usaha untuk mempertahankan diri bagi orang-orang yang mencintai perusahaan. “Akhirnya, perusahaan akan mampu menciptakan brand-nya akan mempunyai brand integrity, brand identity, dan brand image,” katanya.(alina mustaidah)